Ritel Indonesia Masih Jualan Diskon
Jakarta – Sektor ritel moderen termasuk departemen store masih identik dengan program-program diskon. Mereka harus menerapkan program itu demi menggaet pelanggan meski harus tergerus marjinnya.
Direktur Servis Ritel The Nielsen Indonesia Yongky Susilo mengatakan, sektor ritel merupakan sektor yang bermain di margin tipis. Sehingga jika peritel hanya bermain diskon untuk menggaet pelanggan maka imbasnya margin yang diperoleh makin tipis.
“Seharusnya membangun value, bukan hanya diskon. Kalau fokus pada diskon margin makin tipis,” kata Yongky di acara peluncuran buku Retail Rules di Belleza, Rabu (20/10/2010).
Ia menjelaskan, membangun value atau nilai bisa terus dikembangkan oleh peritel dengan kata lain aspek service atau layanan ke pelanggan menjadi hal utama. Yongky mencontohkan pengembangan value bisa dikembangkan dalam sistem delivery barang ke rumah-rumah pelanggan bagi yang berbelanja toko ritel.
Yongku mencontohkan value bisa juga dalam memberikan perhatian atau follow up bagi pelanggan yang telah membeli produk. Bisa dilakukan dengan cara mengontak kembali pelanggan menanyakan produk yang telah dibelinya apakah sesuai harapan, memberikan update informasi dan lain-lain.
“Intinya adalah loyalitas,” katanya.
Yongky menambahkan pengembangan value sangat penting, karena saat ini ada kecenderungan para konsumen justru sudah tak tertarik lagi berbelanja di ritel moderen termasuk hypermarket. Padahal pada masa awal kemunculannya orang sangat tertarik berbelanja dengan alasan rekreasi dan lain-lain.
“Perlu ingat juga bahwa retail is very detail,” katanya.
Yongky menjelaskan bahwa para peritel juga harus sadar bahwa bisnis ritel sangat memperhatikan sesuatu yang detail. Ia mencontohkan masalah turunnya suhu pendingin udara pada produk beku akan mempengaruhi kerugian, juga dalam hal cara pemotongan daging yang tepat dan sebagainya.
“Masalah koin saja bisa menjadi masalah,” katanya.